Jumat, 30 September 2016

UJIAN BERBASIS KOMPUTER


Ujian Nasional berbasis komputer dinilai sukses

Sejumlah siswa mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) menggunakan laptop di SMA negeri 1 Kota Gorontalo, Senin (4/4/2016). Pihak sekolah harus meminjam laptop milik siswa dan guru akibat kekurangan komputer.
Sejumlah siswa mengikuti Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) menggunakan laptop di SMA negeri 1 Kota Gorontalo, Senin (4/4/2016). Pihak sekolah harus meminjam laptop milik siswa dan guru akibat kekurangan komputer.
© Adiwinata Solihin /Antara Foto
Sebanyak 3.302.673 siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), termasuk Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan Madrasah Aliyah (MA) di Tanah Air, telah mengikuti Ujian Nasional (UN), yang dimulai pada Senin (4/4/2016). 927.000 siswa di antaranya, menjalani UN Berbasis Komputer dengan sistem semi-online atau UNBK.
Kepala Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Nizam, menyatakan pada hari pertama pelaksanaan UNBK, total ada 90-an server dari 13.000 server yang mengalami gangguan. Namun secara umum, pihak Kemendikbud mengklaim belum ada kendala berarti dalam pelaksanaan UNBK maupun UN berbasis kertas dan pensil.
PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (Telkom) yang turut mendukung UNBK ini, berkomentar senada. Telkom mendapat kepercayaan dari Kemendikbud untuk melakukan peningkatan (upgrade) layanan Metro Ethernet & VPN IP Kemendikbud, Pengawalan layanan Datin di Kemendikbud, Pengawalan koneksi Link di Universitas (UI, UGM, ITS, ITB) dan Pengawalan koneksi internet sekolah yang menggunakan layanan Telkom.
Vice President Corporate Communication Telkom, Arif Prabowo, dalam keterangan persnya Jumat (8/4) lalu, mengatakan berdasarkan pantauan petugas UNBK Telkom, secara umum tidak terdapat kendala jaringan yang mengakibatkan terganggunya UNBK, hingga selesai dilaksanakan.
"Meskipun ada pemberitaan gangguan, namun berdasarkan penelusuran Satgas UNBK Telkom yang berjaga selama UNBK berlangsung, diperoleh fakta gangguan itu lebih dikarenakan jaringan lokal di sekolah tersebut," ucap Arif yang dilansir Antaranews.
Dalam sistem UN Berbasis Komputer semi-online, soal diunduh dari server pusat milik Kemendikbud ke server lokal sekolah. Setelah selesai dikerjakan, barulah hasilnya diunggah kembali ke server pusat. Karena itu siswa tidak mengerjakan soal langsung secara online, melainkan dari server lokal sekolah.
Soalnya pun berbeda dengan soal pada UN berbasis kertas. Meski ada satu atau dua yang sama, menurut Mendikbud, Anies Baswedan, itu hanya satu atau dua dari ratusan soal ujian nasional.
Puluhan server lokal yang sempat diberitakan bermasalah, karena komputer gagal melakukan sinkronisasi dengan server. Permasalahan tersebut sudah ada solusinya dalam prosedur standar. "Kalau sudah disinkronisasi, seharusnya komputer tidak boleh diotak-atik lagi, kalau diotak-atik maka komputer dan servernya gagal melakukan sinkronisasi," jelas Nizam.
Jumlah peserta UNBK tahun ini meningkat menjadi 4.402 sekolah atau sekitar 927.000 siswa dibanding pada 2015, yang berjumlah 594 sekolah. UNBK diklaim lebih efisien serta meminimalisir bentuk kecurangan.
Sekolah tak harus mengadakan peralatan komputer, cukup menggunakan peralatan yang tersedia. Bila kurang, bisa berbagi peralatan dengan sekolah lain yang sedang tidak melaksanakan UN.
Di Kota Gorontalo, sekolah harus meminjam laptop siswa dan guru untuk memenuhi peraturan jumlah komputer sepertiga dari total peserta ujian. Kepala Sekolah SMA Negeri 1 Kota Gorontalo, Saiful Kadir, mengatakan siswa dan guru di sekolah itu meminjamkan laptop mereka secara sukarela. Sejumlah 133 unit komputer untuk 398 peserta pun akhirnya terpenuhi.
"Pihak sekolah hanya memiliki 65 unit, itupun sudah termasuk bantuan dari pemerintah provinsi sebanyak 10 buah dan bantuan sosial sebanyak 27 unit. Kekurangan unit komputer yang kita miliki, akhirnya teratasi dengan meminjam laptop dari siswa dan guru, malah ada 20 unit tambahan sebagai cadangan untuk UNBK nanti," ujar Saiful sebelum UNBK dilaksanakan (31/3).
Kapuspendik, Nizam, juga membantah isu peretasan soal UNBK. Menurutnya, soal UNBK tidak bisa diretas. Para peretas hanya bisa mengakses server lokal yang ada di sekolah. Kemendikbud, kata Nizam, juga menggandeng komunitas-komunitas peretas untuk membantu pengamanan pelaksanaan UNBK.
"Sekarang beredar banyak di sosial media yang menyebut peretas bisa mengakses server Puspendik (Pusat Penilaian Pendidikan - Kemendikbud), dan menyebarkan soal melalui portable document format atau pdf. Hal itu tidak benar, karena server langsung ditutup begitu selesai ujian," ujar Nizam di Jakarta, Selasa (5/4) silam.
Soal listrik, masalah yang muncul di beberapa daerah dapat ditanggulangi. Di Singkawang, Kalimantan Barat, misalnya, sempat mengalami padamaman listrik. Beruntung sekolah punya genset, meski tetap saja mengganggu proses berlangsungnya UNBK.
Ada pula sekolah di pulau Mandangin, Kabupaten Sampang, Madura, Jawa Timur, yang tidak bisa menggelar UNBK lantaran pasokan listrik yang tidak normal. Pihak sekolah memutuskan untuk menumpang di sekolah di kota lain. Akibatnya seluruh siswa harus menginap di sekolah tersebut dan di hotel, karena jarak dari pulau Mandangin ke kota butuh waktu satu jam dengan menaiki perahu.
Para orang tua di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, bahkan meminjamkan genset agar penyelenggaraan UNBK anak-anak mereka tidak terganggu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar